Tugas : Individu (Sistem
Persepsi Sensori)
Dosen : Mimi Yati, S.Kep., Ns.,
M.Kes
ANANTOMI
DAN FISIOLOGI TELINGA;
MEMBRANE
TIMPANI DAN SISTEM OSIKULAR
KOKLEA
Oleh :
NAMA : MUSTAMIN
HIDAYATULLAH
N I M : P201401195
KELAS : N5 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA
WALUYA
(STIKES-MW) KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kepada Tuhan yang Mah
Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Persepsi
Sensori.
Kami
ucapkan terima kasih kepada dosen Mimi Yati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen mata
kuliah Sistem Persepsi Sensori
yang telah memberikan tema yang kami dapatkan.
Kami
menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alakum
Wr. Wb.
Kendari, 3 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR
JUDUL ……………..................……..………………………………………………………
KATA
PENGANTAR …………………..…………………………………………..................…...…..
DAFTAR
ISI ………………………………..…………………………..………..................…..……..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………........……………..………………………………................................
B. Rumusan Masalah
………...............……………………..………………………….................
C.
Tujuan Penulisan …………………………………..……………………...........................………..…
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi
Fisiologi Telinga …...……………………….………………...................……..………
B. Anatomi Fisiologi
Membrane Timpani dan Sistem Osikular, Koklea………………………………
C.
Peran Sel
Kerucut Dan Sel Batang Dalam Adaptasi Gelap Dan Terang …...................…...……
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………......................…………………………………………….....
B. Saran
…………………………………………….....................…………………………………
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam sangat
penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup,
khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga
keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi,
Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.Indera ini
berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki
sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini
dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor
ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh.
Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi,
dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel
ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi
rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah
menurun/naik dan lain sebagainya.
Eksoreseptor
adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk
eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar
(telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera
pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan
seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indera pembau
(hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca
indera. Berikut akan dijelaskan dari salah satu panca indera manusia yaitu
telinga.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana Anatomi
Fisiologi Telinga pada Sistem Persepsi Sensori khususnya pada membrane timpani
dan system osikular dan koklea?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui
Bagaimana Anatomi Fisiologi Telinga pada Sistem Persepsi Sensori khususnya pada
membrane timpani dan system osikular dan koklea?
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi
suara, mengenal suara dan berperan dalam keseimbangan posisi tubuh. Telinga
mengandung bagian vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan
juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi
telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan (Sloane, 2004).
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu
telinga luar, tengah dan dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan
gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan untuk memperkuat
energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik
yang berbeda yaitu koklea, yang mengandung reseptor-reseptor untuk
mengubah gelombang suara menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat
mendengar dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi
keseimbangan (Sherwood,2001).
A.
Anantomi Membrane Timpani dan System Osikular,
Koklea
Membrane Timpani
1.
Membrane tympani
dinamakan gendang telinga adalah selaput paling luar yang pertama merespon
bunyi dari luar sehingga gendang telinga bergetar
2.
System osikular
berupa getaran bunyi dari membran timpani itu akan diteruskan ke telinga tengah
3.
membrane timpani
berbentuk kerucut dengan permukaan yang cekung menghadap ke bawah mengarah ke
saluran pendengaran yang melekat patda bagian tengah-tengah
4.
Membrane timpani
adalah perlekatan tulang maleus ( martil) pada sisis yang lain
Tulang pendengaran ( System Ossikular)
1.
Tulang malleus
(Martil) terikat erat dengan tulang incus ( landasan ) oleh ligamentum sehingga
bila maleus bergerak incus juga bergerak serentak dengannya.
2.
Ujung lain inkus
selanjutnya berhubungan dengan batang stapes ( tulang sanggurdi) yang berbentuk
seperti garputala
3.
Permukaan lebar
stapes terletak pada labirin membranosa pada lubang foramen ovale berupa
jendela oval tempat gelombang suara dihantarkan ketelinga dalam yang terdapat
kokhlea.( bentuknya seperti rumah siput)
4.
Tulang-tulang
telinga tengah tergantung oleh ligamentum-ligamentum sedemikian rupa sehingga
gabungan maleus dan inkus bekerja sebagai satu ungkit yang mempunyai titik
tumpu kira-kira pada perbatasan membrane timpani.
5.
Kaput
malius yang besar yang dari tangki terletak pada sisi yang berlawanan
dari titik tumpu hamper tepat mengimbangi ujung pengungkit lain sehingga
perubahan posisi tubuh tidak akan menambah atau mengurangi tegangan membrane
timpani.
6.
Tangki maleus
terus menerus tertarik ke dalam oleh ligamentum dan oleh M. tensor timpani, yang
mempertahankan membrane timpani berada dalam tegangan.
7.
Hal ini
memungkinkan getaran sura pada bagian membrane timpani manapun dihantarkan ke
maleus yang tidak akan terjadi bila membrane lemas.
Koklea
1.
Koklea merupakan
suatu system tabung-tabung bergelung, dengan bersebelahan yang bergelung
2.
Koklea yang
bergelung itu tersusun atas 3 skala
a)
skala
vestibule
b)
skala media
c)
skala
timpani.
3.
Skala vestibule.
Membrane basilaris dan resonansi pada koklea.
4.
Membrane
basilaris mengandung sekitar 20.000 serabut basilaris atau lebih yang menonjol
dari tengah tulang koklea, modiolus.
5.
Dan kearah
dinding luar serabut-serabut ini merupakan struktur yangkaku elastic menyerupai
buluh yang bebas pada ujung distalnya kecuali yang terikat pada membrane
basilaris.
6.
Karena seraut
ini kaku dan bebas pada salah saru ujungnya ia tidak dapat bergetar menyerupai
buluh-buluh harminika.
7.
Penjang serabut
basilaris secara progresif bertambahdari basis koklea ke helikotrema, dari
kira-kira pada 0,04 mm. pada basis sampai 0,5 mm. pada helikoterna, peningkatan
panjang 12 kali.
8.
Garis tengah
serabut, sebaliknya berkurang dari basis ke helikotrena, sehingga
secarakeseluruhan kekakunnya rurun lebih dari 100 kali. Seagai akibatnya
serabut yang kaku pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan bergetar
pada frekuensi tinggi.
9.
Sedangkan
serabut-serabutnya yang panjang lentur dekat helikotrema mempunyuai
kecenderungan bergetar pada frekuensi rendah
Fungsi organ corti ( rambut halus pada Koklea)
1.
Organ corti.
Merupakan organ reseptor yang menimbulkan impuls saraf akibt getaran membrane
bersilaris.
2.
Organ corti
adalah dua jenis sel rambut saru baris sel rambut dalam jumlahnya sekitar 3500
dan tiga empat baris sel rambut luar jumlah sekitar 20.000.
3.
Dasar dan tempat
sel-sel rambut dijepit oleh jaringan ujung-ujung N. koklearis.
4.
Ini membentuk
ganglion spiralis corti yang terletak pada modiolus koklea.
5.
Ganglion
spiralis selanjutnya mengirimkan akson-akson ke N. koklearis dan kemudian ke
susunan saraf pusat setinggi medulla oblonganta atas.
6.
Hubungan organ
corti dengan ganglion spinalis dan dengan nervus koklearis.
B.
Fisiologi Membrane Timpani dan Sistem Osikular,
Koklea
Membran
timpani merupakan dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga
luar dari kavum timpani. Membran timpani ini berbentuk oval dan mempunyai
ukuran panjang vertical rata-rata 9-10 mm, dan diameter antero-posterior
kira-kira 8-9 mm, tebal kira-kira 0,1 mm. Membran ini tipis, licin dan berwarna
putih mutiara (Dhingra, 2007). Membran timpani terdiri dari tiga lapisan,
lapisan luar terdiri dari epitel skuamosa, bagian dalam merupakan lanjutan dari
mukosa telinga tengah yang dilapisi epitel kuboidal. Lapisan tengah merupakan
lapisan fibrosa yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan radial dan sirkuler
(sirkumferensial) (Yates, 2008).
Membrana timpani atau gendang telinga adalah perbatasan
telinga tengah. Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan memiliki
tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi
secara mekanis (Sloane, 2004). Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk
kerucut dengan puncaknya umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat.
Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu
epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas
atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas melampaui
batas bawah membrana timpani.
Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis
di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus
dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di
atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang
disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid) (Higler, 2000).
Sistem
osikular (tulang pendengaran) berupa getaran bunyi dari membran timpani itu
akan di amplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan dua
mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah
karena permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window,
tekanan ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani disampaikan
oleh ossicle ke oval window (tekanan=gaya/area). Kedua adalah kerja dari
ossicle memberikan keuntungan mekanis lainya. Kedua hal tersebut meningkatkan
gaya pada oval window sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut penting untuk
menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.
Kokhlea
merupakan suatu system tabung-tabung bergelung, dengan bersebelahan yang
bergelung skala vestibule dan skala media, dan skala timpani. Skala vestibule.
Membrane basilaris dan resonansi pada koklea. Membrane basilaris mengandung
sekitar20.000 serabut basilaris atau lebih yang menonjol dari tengah tulang
koklea, modiolus. Dan kearah dinding luar serabut-serabut ini merupakan
struktur yangkaku elastic menyerupai buluh yang bebas pad ujung distalnya
kecuali yang terikat pada membrane basilaris. Karena seraut ini kaku dan bebas
pada salah saru ujungnya ia tidak dapat bergetar menyerupai buluh-buluh
harminika.
Penjang serabut
basilaris secara progresif bertambahdari basis koklea ke hlikotrema, berkisar
0,04 mm. pada basis sampai 0,5 mm. pada helikoterna, peningkatan panjang 12
kali. Garis tengah serabut, sebaliknya berkurang dari basis ke helikotrena,
sehingga secarakeseluruhan kekakunnya rurun lebih dari 100 kali. Seagai
akibatnya serabut yang kaku pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan
bergetar pada frekuensi tinggi. Sedangkan serabut-serabutnya yang panjang
lentur dekat helikotrema mempunyuai kecenderungan bergetar pada frekuensi
rendah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Membrane timpani
(gendang telinga) adalah
perbatasan telinga tengah. Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga
tengah, dan memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk
menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis (Sloane, 2004).
Sistem
osikular (tulang pendengaran) berupa getaran bunyi dari membran timpani itu
akan di amplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan dua
mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah
karena permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window,
tekanan ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani disampaikan
oleh ossicle ke oval window (tekanan=gaya/area). Kedua adalah kerja dari
ossicle memberikan keuntungan mekanis lainya. Kedua hal tersebut meningkatkan
gaya pada oval window sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut penting untuk
menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.
Kokhlea
merupakan suatu system tabung-tabung bergelung, dengan bersebelahan yang
bergelung skala vestibule dan skala media, dan skala timpani. Skala vestibule.
Membrane basilaris dan resonansi pada koklea. Membrane basilaris mengandung
sekitar20.000 serabut basilaris atau lebih yang menonjol dari tengah tulang
koklea, modiolus. Dan kearah dinding luar serabut-serabut ini merupakan
struktur yangkaku elastic menyerupai buluh yang bebas pad ujung distalnya
kecuali yang terikat pada membrane basilaris. Karena seraut ini kaku dan bebas
pada salah saru ujungnya ia tidak dapat bergetar menyerupai buluh-buluh
harminika.
B.
Saran
Dari
topik yang telah dibahas dan disusun, kiranya penyusun sangat mengharapkan agar
kita sebagai mahasiswa dapat memahami lebih jauh lagi tentang system persepsi
sensori.
DAFTAR PUSTAKA
Wonodirekso,
S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku
Ajar
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC,
Jakarta, Indonesia Hal.574-583.
Fawcett,
D.W (1994), The Ear in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th
edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 919-941diFiore,
MSH
(1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of Human
Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.256-257.
Young,
B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheater’s
Functional Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London,
UK, pp 380-405
Gartner,
LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of
Histology, W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442
Brunner
and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
EGC
Moore
KL, Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarata: Hipokrrates.
Sherwood,
lauralee. 2001. Fisiologi Manusia “Dari Sel ke Sistem” edisi 2. Jakarta: EGC